Jakarta

Konflik Iran dan Israel disebut akan berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Kalangan ekonomi memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal melambat dan tidak mencapai angka 5%.

Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira, awalnya menjelaskan ada berbagai dampak yang berpotensi menghambat perekonomian Indonesia imbas konflik Iran-Israel. Mulai dari meningkatnya subsidi energi, pelebaran subsidi yang menyebabkan melemahnya nilai mata uang rupiah, hingga terdorongnya inflasi karena kenaikan harga energi yang menekan daya beli masyarakat.

Di sisi lain, Bhima menjelaskan konflik tersebut bisa mengganggu kinerja ekspor Indonesia ke Timur Tengah, Afrika, dan Eropa. Hal ini notabene bakal membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kinerja ekspor Indonesia ke Timur Tengah, Afrika dan Eropa akan terganggu menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan melambat di kisaran 4,6-4,8% tahun ini,” ucap Bhima kepada detikcom, Selasa (16/4/2024).

Pendapat serupa diutarakan oleh Direktur Eksekutif INDEF Esther Sri Astuti. Esther mengungkap INDEF memprediksi bahwa perekonomian RI untuk 2024 akan berkisar di angka 4,8% sampai 5%. Hal ini karena konflik Iran vs Israel pasti berpengaruh terhadap harga minyak mentah dunia yang berdampak terhadap kebijakan BBM bersubsidi khususnya bagi BBM non-subsidi.

“Konflik Timur tengah tentu sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia terutama harga energi karena Indonesia masih impor minyak meski mempunyai sumber minyak. Prediksi saya (pertumbuhan ekonomi Indonesia) sekitar 4,8-5%,” jelasnya.

Sementara Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, menilai bahwa kenaikan harga energi bakal berdampak ke banyak sektor salah satunya harga barang-barang dan harga pangan. Hal ini pun bakal menggerus daya beli masyarakat.

Di sisi lain, Faisal mengatakan bahwa kenaikan harga minyak mentah juga berpotensi menyebabkan Bank sentral AS yakni The Federal Reserve atau The Fed, melakukan pengetatan moneter untuk menekan inflasi.

Hal ini dinilainya akan menyebabkan meningkatnya suku bunga ke berbagai negara-negara emerging markets termasuk Indonesia, yang notabene memberi tekanan pada sektor riil, sektor finansial, dan perbankan.

“Dari sisi profitabilitas dan juga kredit ke sektor riil yang akan terhambat kalau tingkat suku bunganya tinggi dan pertumbuhan ekonomi akan terjadi perlambatan. Prediksi kami 4,9% sampai 5%,” ujar dia.

(kil/kil)



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *