Jakarta

Suara alat mesin pemotong baso goreng atau baso goreng membahana di sebuah lokasi produksi di Kampung Parakanjaya, Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 5 Pekerja bahu membahu bekerja ketika banjir pesanan basreng saat puasa dan lebaran.

Sang pemilik produk basreng bermerek Maminom, Rena Regina (33) menceritakan penjualan basreng saat puasa lebih ramai hingga 2 kali lipat. Bahkan dia memutuskan bakal menutup order H-5 Lebaran agar pesanan tidak membeludak. Meski pre order (PO) ditutup, namun produksi basreng yang rasanya gurih ini tetap berjalan sesuai permintaan pembeli.

“Tanggal 5 sudah tutup pre order, freezer full karena mau lebaran. Kebanyakan yang beli orang-orang baru, mereka membeli rata-rata 2 kg. Produksi tetap jalan untuk menyelesaikan orderan kita,” kata Rena saat ditemui di Kampung Parakanjaya, Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika awal usaha, Rena membutuhkan modal Rp 500 ribu. Kini, modal membeli basreng Rp 5 juta untuk dikerjakan selama 2 hari hingga 3 hari. Rena selama ini membeli basreng mentah dari sebuah pabrik. Dari 30 bal (1 bal berisi 10 bungkus) atau 300 bungkus basreng, para karyawannya baru selesai memotong basreng selama 3 hari. Setelah itu basreng digoreng dan dikemas.

Mantan pekerja pabrik ini memberandol harga Rp 10 ribu dengan kemasan tebal dan berat 100 gram. Sedangkan basreng yang dikemas dengan plastik biasa dipatok harga 15 ribu untuk ukuran 250 gram. Untuk kemasan toples dia menjual dengan harga Rp 18 ribu dengan ukuran 200 gram.

Penjualan basreng Maminom mayoritas dari reseller. Rena memiliki reseller di Sudirman, Manggarai, dan melalui ibunya yang bekerja di Kecamatan Gambir, Jakarta. Dia juga menaruh basreng di toko-toko frozen di Citeureup selama seminggu sekali. Kini dia juga mencoba berjualan di TikTok yang baru dimulainya belakangan ini. Kebanyakan penghasilan dari penjualan di toko-toko lebih besar. Untuk pemesanan online, rena pernah membuka GoFood. Sayangnya, waktu itu dia belum mengerti GoFood dan saat ada yang pesan posisi Rena sedang di kampung.

“Abang Gofood (jadi) marah-marah. InsyaAllah ke depannya kita pakai semua medsos,” tutur Rena.

Basreng Maminom memiliki dua varian rasa yakni original dan pedas. Produknya tahan 4 bulan karena tanpa pengawet. Sebenarnya produknya bisa tahan 6 bulan namun dikhawatirkan bakal bau tengik.

“Sekarang alhamdulillah masuk lagi orderan 100 parsel. Mudah-mudahan terkejar karena Rabu harus sudah dikirim,” ucapnya.

Basreng MaminomBasreng Maminom/Foto: Niken Widya Yunita/detikFinance

Rena memulai usahanya sejak 2017. Usaha tersebut berkat request temannya yang bekerja di Sudirman, Jakarta. Dia bekerja dibantu ibunya yang produk basreng dititip di Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Karena kebanjiran order, Rena meminta suaminya berhenti dari kerja untuk membantunya. Suaminya, Syafrudin bertindak untuk urusan menindaklanjuti produk yang dipesan.

Rena awalnya mengerjakan sendiri produknya. Kini dia memiliki 5 karyawan. Produk basrengnya awalnya dibikin sendiri. Dia hanya modal menyediakan ayam fillet lalu dibawa ke penggilingan untuk digiling dan diberi bumbu-bumbu. Setelah itu basreng dipotong-potong tipis lalu digoreng. Saat itu omzet Rena Rp 1,2-1,5 juta selama 2 hari. Kini, omzet Rena sudah lebih besar yakni kisaran Rp 18 juta-22 juta.

Dalam menjalankan usahanya, Rena terbantu Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dia meminjam Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI setelah pandemi yakni tahun 2021 Rp 50 juta. Dia mengajukan KUR sendiri dan akhirnya cair beberapa jam setelah pengajuan. Rena harus mencicil Rp 1.550.000 selama 3 tahun dengan agunan sertifikat rumah.

“(Uang) cair hari itu juga. Lalu disurvei abis mengajukan paginya. Abis Maghrib ditelepon suruh ambil uang di hari yang sama,” tutur Rena.

Ketika ada rezekin, Rena mengajukan percepatan pelunasan KUR BRI. Dari target pelunasan Desember 2023 dia majukan. “Kita waktu itu bayar cepat Rp 25 juta. Alhamdulillah dipermudah,” demikian Rena.

Dalam situs BRI disebutkan KUR BRI terdiri dari KUR Mikro, KUR kecil, dan KUR Tenaga kerja Indonesia (TKI). KUR Mikro BRI adalah kredit modal kerja dengan plafon Rp 50 juta per debitur. KUR kecil BRI adalah kredit modal kerja dengan plafon lebih dari Rp 50 juta hingga Rp 500 juta. Sedangkan KUR TKI BRI diberikan untuk membiayai keberangkatan calon TKI ke negara penempatan dengan plafon sampai Rp 50 juta.

Sementara itu, Pemimpin Cabang BRI Kantor Cabang Depok Yuliyanto ditemui secara terpisah di kantornya, Jalan Margonda Depok, mengatakan, jika dilihat dari kredit yang diberikan BRI, pertumbuhan UMKM di Depok masih bagus. Delta kenaikan seluruh pinjaman yang telah disalurkan tahun 2022 ke 2023 sebesar Rp 165.177 juta. Sedangkan jumlah UMKM Depok yang telah naik kelas ada lebih dari 4.400 UMKM.

Pinca BRI Depok YuliyantoPemimpin Cabang BRI Kantor Cabang (Kanca) Depok Yuliyanto/ Foto: Niken Widya Yunita/detikFinance

(nwy/hns)



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *